Kamis, 19 November 2009

NAMA : NIKA SARTIKA
NPM : 30208882
KELAS : 2DD03









BAB 7
PERUBAHAN STRUKTUR DALAM PROSES PEMBANGUNAN

PERUBAHAN BERBAGAI SEKTOR
Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (a) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (b) berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti EI-Nino dan La-Nina, dan (c) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara.
Peningkatan Suhu Udara
Laju akumulasi fotosintat bersih untuk kebanyakan tanaman tropik, terutama yang termasuk ke dalam kelompok tanaman C-III, cenderung turun dengan meningkatnya suhu udara. Oleh sebab itu, peningkatan suhu akibat perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman, terutama tanaman semusim dan meningkatnya serangan hama penyakit.
STRATEGI ANTISPASI DAN PENANGGULANGAN
Strategi antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan kajian dampak perubahan iklim terhadap (a) sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim (aspek klimatologis), sistem hidrologi dan sumberdaya air (aspek hidrologis), keragaan dan penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai; (b) infrastrukturjsarana dan prasarana pertanian, terutama sistem irigasi, dan waduk; (c) sistem produksi pertanian, terutama sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, produksi; dan (d) aspek sosial-ekonomi dan budaya.
PERUBAHAN STRUKTUR PENGGUNAAN TENAGA KERJA
Perbedaan antara keadaan negara-negara berkembang pada masa kini dengan
keadaan negara maju pada waktu mereka baru mulai mengalami pembangunan
bersumber dari masalah penduduk yang dihadapi. Adanya sifat perkembangan
penduduk dan masalah pengangguran di negara berkembang, mendorong ahli ekonomi
untuk membuat teori mengenai corak pembangunan dan perubahan strukur ekonomi
dalam suatu masyarakat dimana: (1) penduduknya sebagian besar masih menjalankan
kegiatan di sektor pertanian yang tradisional, dan (2) sektor tersebut mempunyai
kelebihan jumlah tenagakerja sehingga menghadapi masalah pengangguran terbuka dan
tersembunyi yang serius. Analisa yang demikian dipelopori oleh Lewis dan kemudian
diperdalam oleh Ranis dan Fei (Sukirno, 1985).
Dalam model Fei-Ranis, tahapan transfer tenagakerja dibagi menjadi tiga
berdasarkan pada produk fisik marginal (MPP) dan upah yang dianggap konstan dan
ditetapkan secara eksogenus. Pada tahap pertama, karena tenagakerja melimpah maka
MPP tenagakerja sama dengan atau mendekati nol sehingga surplus tenagakerja yang
ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kruva penawaran yang
elastis sempurna.
PERUBAHAN STRUKTUR SEKTOR INDUSTRI DAN JASA
Suatu negara yang mengalami perkembangan ekonomi biasanya disertai dengan perubahan komposisi dari sektor- sektor yang ada. Dari perhitungan sektorsektor tersebut kondisi struktur ekonomi suatu negara atau daerah dapat ditentukan. Suatu daerah dikatakan daerah agraris bila peran sektor pertanian dominan dalam PDRBnya sebaliknya sutau daerah dikatakan sebagai daerah industri jika yang lebih dominan adalah sektor industrinya. Perubahan struktur ekonomi juga akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang ada. Seperti halnya kontribusi sektoral terhadap PDRB nampaknya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian secara perlahan mulai menurun sementara itu penyerapan tenaga kerja di sektor industri maupun jasa mengalami peningkatan
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan Jawa Timur saat ini mempunyai dampak pada struktur ekonomi, terjadi perubahan struktural yang menyertai proses industrialisasi. Perubahan struktur ekonomi juga akan berdampak pada spesialisasi sektoral dan spesialisasi wilayah. Spesialisasi sektoral dengan nmenggunakan perhitungan LQ menunjukkan bahwa secara sektoral hanya sektor perdagangan , hotel, restoran dan jasa yang merupakan sektor basis untuk daerah kota sedangkan untuk daerah kabupaten adalah sektor pertanian dilihat dari pernyerapan tenaga kerjanya. Sedangkan Fungsi Spesialisasi sektoral dengan menggunakan Indeks Wilkinson menunjukkan bahwa untuk daerah kota sektor industri, perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa yang merupakan sektor yang dominan sedangkan untuk daerah kabupaten sektor pertanian, industri, jasa yang dominan. Spesialisasi wilayah dengan menggunakan indikator indeks spesialisasi regional menunjukkan bahwa perubahan struktur menyebabkan kota dan kabupaten kurang terspesialisasi.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling telah membuktikan bahwa perubahan struktur ekonomi berpengaruh terhadap spesialisasi sektoral dan spesialisasi wilayah serta struktur penyerapan tenaga kerja sektoral di Jawa Timur. Hanya saja secara keseluruhan perubahan struktur yang ada berjalan secara tidak sehat artinya pola yang berlaku tidak mengikuti aturan klasik. Perubahan struktutr ekonomi tidak sejalan dengan perubahan penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang ada di Jawa Timur cukup besar jumlahnya dan setiap tahun selalu meningkat baik karena faktor demografis maupun mobilitas. Disamping itu skill yang dimiliki nampaknya tidak sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja yang ada.
PERUBAHAN STRUKTUR INDUSTRI MENURUT ANALISIS CHENERY
Setiap negara di dunia melakukan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Di dalam gerak pembangunan terjadi beberapa perubahan yang akhirnya mendorong perubahan struktur ekonomi negara tersebut, misalnya dari negara yang berbasis sektor primer menjadi negara berbasis sektor manufaktur. Penibahan struktur ekonomi dan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan tersebut menjadi obyek penelitian yang menarik. Di dalam penelitian ini teori "Pattern of Development" yang dikeimrkakan oleh Chenery-Syrquin dipakai menjadi dasar analisis mengenai proses perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Indonesia selama periode 1981-2004. Menurut Chenery-Syrquin 2 faktor mama yang mendorong terjadinya perubahan tersebut adaalah peningkatan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesesuaian teori ini dengan fenomena perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Indonesia selama periode 1981-2004.


Melalui regresi dengan meuggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) didapatkan kesimpulan bahwa teori Chenery-Syrquin tidak sesuai dengan fenomena perubahan struktur ekonomi Indonesia. Hanya pada struktur produksi Baja teori Chenery-Syrquin ini menunjukkan kesesuaian, sementara pada struktur permintaan domestik dan struktur perdagangan luar negeri teori Chenery-Syrquin tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi di Indonesia selama periode 1981-2004.
Pembangunan yang seiama ini dilakukan oleh pemerintah terutama pembangunan
ekonomi diharapkan membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan peningkatan
kegiatan ekonomi dapat diartikan dengan peningkatan pada fungsi produksi, terutama
pada peningkatan kapasitas produksi dalam negeri dari sektor-sektor ekonomi pada
umumnya dan peningkatan kapasitas produksi sektor manufaktur khususnya {Sadli, 1981}.
Peningkatan kapasitas produksi nasional akan memberi dampak kepada peningkatan
pendapatan perkapita, jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita
selalu berhubungan dengan perubahan dalam struktur industri yang akhirriya membawa
peningkatan terhadap peranan sektor industri manufaktur. (Ghenery 1 9801.
Peningkatan peranan sektor industri manufaktur karena akan menjadi sumber
ketersediaan cadangan devisa dari pada sebagai sumber permintaan yang sesuai dengan prinsip
keunggulan komparatif dan akan mempercepat dalam mendorong pembangunan sektor industri suatu Negara.UNIDO memberikan suatu ukuran yang berkaitan dengan peranan industri manufakturdalam Produk Domestik Bruto suatu negara
yaitu :
a. Kurang dari 1O persen, maka negara tergolong dalam Non Industry Country.
h Antara 1O-2O persen, maka negara termasuk dalam Industrializing Country
c. Antara 2O-3O persen, maka negara tergolong dalam Semi Industrialized
Country.
d. Lebih dari 3O persen, maka negara tergolong dalam Industrialized Country.
Sumber pertumbuhan dari output tiap sektor dapat berasal dari ekspansi permintaan
domcstik, ekspansi ekspor, subtitusi impor dan perubahan teknologi. (Chenery dan
Syrquin, 1979).

PERUBAHAN STRUKTUR PEREKONOMIAN NEGARA BERKEMBANG
Kegiatan ekonomi daerah dari sudut pandang Konsep Basis Ekonomi, dikelompokkan ke dalam dua sektor, yakni sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis adalah semua kegiatan yang mendatangkan uang dari luar daerah (ekpor barang dan jasa). Sedangkan sektor non-basis adalah semua kegiatan ekonomi yang diperuntukkan bagi kebutuhan konsumsi lokal. Dari sudut pandang sektor non-basis, aktivitas sektor produksi meningkat kalau permintaan output (demand) meningkat. Sementara itu, permintaan terhadap hasil-hasil produksi tersebut tergantung pada pendapatan masyarakat setempat dan pendapatan masyarakat lokal tergantung pada permintaan input oleh sektor produksi setempat. Dengan demikian, sektor non-basis terikat terhadap kondisi pendapatan masyarakat lokal, sehingga ekonomi daerah tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan alamiah daerah (tidak bebas tumbuh).
Sementara itu, dari sudut padang sektor basis, permintaan output sektor produksi tidak hanya terbatas pada permintaan lokal tetapi juga oleh permintaan daerah lain (ekspor). Konsep Basis Ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya dapat meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non-basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor non-basis hanya dapat meningkat apabila pendapatan lokal meningkat. Namun, peningkatan pendapatan lokal ini akan terbatas apabila perekonomiannya hanya mengandalkan pada sektor non-basis. Sedangkan suatu perekonomian yang mampu mengembangkan dan meningkatkan sektor basis, maka sektor basis akan mendorong sektor non-basis sehingga pendapatan lokal akan meningkat melebihi peningkatan pendapatan lokal yang hanya mengandalkan sektor non-basis. Dengan demikian, ekspor daerah (regional) merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi daerah.
Dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang terdapat dua strategi yang menonjol, yaitu : strategi industriliasasi substitusi impor dan strategi promosi ekspor. Strategi industriliasasi substitusi impor berorientasi pada pasar lokal (dometik), yang disebut juga inward looking strategy, sedangkan stategi promosi ekspor disebut outward looking strategy. Negara-negara berkembang yang menerapkan inward looking strategy berakhir dengan kegagalan, termasuk Indonesia (meskipun pada dekade 1980 beralih ke strategi promosi ekspor, namun basis industrinya masih lemah). Sedangkan negara-negara berkembang yang menerapkan outward looking strategy mencapai suskses dalam pembangunan ekonominya, seperti Taiwan, Korea Selatan, Thailand, dan Singapur.
Dalam perdagangan dunia pasca GATT, negara-negara yang menikmati bagian terbesar dari keuntungan global adalah Amerika Serikat, Masyarakat Ekonomi Eropa, Jepang, dan Cina. Cina tidak tergolong ke dalam negara-negara industri maju, namun dapat menikmati bagian terbesar dari keuntungan global bersama-sama dengan negara-negara industri maju. Hal ini terjadi karena Cina memiliki agroindustri yang cukup kuat disamping industri ringan lainnya, yang produk-produknya telah memasuki pasar dunia. Thailand juga menikmati keuntungan global karena agroindustrinya juga kuat.
Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi daerah (local economi development) berada pada karidor neraca perdagangan daerah. Dengan demikian, pembangunan ekonomi daerah adalah pembangunan yang berpusat (fokus) pada perbaikan neraca perdagangan daerah (minimal tidak defisit).
Daerah-daerah yang ekspornya didominasi oleh komoditas primer dan industri pengolahannya sangat tergantung pada bahan baku impor, akan mengalami defisit neraca perdagangan. Keadaan yang seperti ini akan membuat perekonomian daerah tersebut akan semakin tertinggal dan kesenjangan eknomi antar daerah akan semakin melebar. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi daerah haruslah berorientasi pada perbaikan neraca perdagangan daerah. Perbaikan neraca perdagangan daerah hanya dapat ditempuh melalui perubahan struktur ekspor dan struktur impor daerah. Upaya untuk mengubah struktur ekspor daerah berpangkal pada upaya meningkatkan nilai ekspor barang-barang yang sudah terolah melebihi nilai ekspor barang-barang primer. Sedangkan upaya untuk mengubah struktur impor daerah berpangkal pada upaya mengembangkan industri pengolahan berbasis bahan baku lokal. Ini berarti bahwa perubahan struktur ekspor-impor daerah baru akan terjadi manakala daerah-daerah berhasil mengembangkan agroindustri yang berorientasi ekspor. Dengan demikian, strategi pembangunan ekonomi daerah yang relevan adalah Strategi Agroindustri Berorientasi Ekspor.
Agribisnis merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat subsistem saprotan (penyediaan sarana produksi pertanian), subsistem budidaya, subsistem agroindustri, dan subsistem pemasaran. Penerapan konsep agribisnis hanya akan dapat memberikan hasil optimal apabila keseluruhan subsistemnya telah terintegrasi secara padu ke dalam satu wadah. Oleh karena itu, apabila pemerintah pusat telah berketetapan memilih Strategi Promosi Ekspor Berbasis Agribisnis sebagai strategi pembangunan nasional, maka salah satu langkah yang mesti ditempuh adalah melakukan reorganisasi pada departemen teknis. Reorganisasi yang dimaksud adalah merubah nama dan fungsi Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, dan Departemen Kelautan dan Perikanan menjadi Departemen Agribisnis Pertanian, Departemen Agribisnis Kehutanan, dan Departemen Agribisnis Kelautan dan Perikanan. Tentunya fungsi dan peranan dari sejumlah departemen yang terkait akan mengalami perubahan, yakni : subsistem agroindustri dan subsistem pemasaran yang selama ini berada pada departemen-departemen lain, mesti dipisahkan dan diintegrasikan kepada ketiga departemen yang disebutkan di atas.
Apabila Strategi Promosi Ekspor Berbasis Agribisnis berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan ekonomi daerah akan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Dengan demikian, perekonomian daerah-daerah akan memberikan konstribusi secara optimal kepada pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, kesenjangan ekonomi antar daerah juga akan bisa diminimumkan, serta meningkatkan kesempatan kerja, dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar