Jumat, 01 Januari 2010

MASALAH PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA
TAHUN 2008 – 2009

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMESTER GANJIL
MATA KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN

OLEH

NAMA : NIKA SARTIKA
KELAS : 2 DD 03
NPM : 30208882












UNIVERSITAS GUNADARMA
2009




KATA PENGANTAR


Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Didalamnya tentang Masalah pengangguran yang diharapkan deapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kepada semua pihak yang berkenan dapat memberi kritik dan saran. Maka akan disambut baik dengan hati yang terbuka .
Akhir kata terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hungga selesainya makalah ini.



Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………………..1
II. RUMUSAN MASALAH......................………………………………………..2
III. TUJUAN PENULISAN………………………………………………………..2
IV. METODE PENGUMPULAN DATA………………………………………....3
V. SISTEMATIS PENULISAN…………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI PENGANGGURAN…………………………………………...4
B. MASALAHA PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA……………4
C. KEADAAN PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA………………6
D. KEADAAN ANGKATANKERJA DAN KESEMPATAN KERJA…….7
E. PENGANGGURAN MENYEBABKAN KEMISKINAN……………….8
F. DAMPAK PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA TERHADAP DKI JAKARTA…………………………………………………………………..9
G. REALISASI INDUSTRI UNTUK MENYERAP TENAGA KERJA DAN MENGURANGI PENGANGGURAN........................................................10
H. DATA PENGANGGURAN DI DKI JAKARTA......................................10
• Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan indicator……...12
• Laporan kerja utama Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha……………………………………………………………………13
• Status Pekerjaan………………………………………………………14
• Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan Pengangguran menurut Kabupaten/Kota…………………………………………….................16
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………………….18
B. SOLUSI MASALAH PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA.......18



BAB I
PENDAHULUAN


I. LATAR BELAKANG MASALAH
Beberapa tahun di Negara kita mengalami banyaknya Pemberhentian hari kerja (PHK). Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.







II. RUMUSAN MASALAH
Seperti yang diuraikan pada latar belakang, maka penulisan mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian definisi pengangguran
2. Apa yang menjadi masalah pengangguran di Jakarta utara
3. Bagaimana keadaan pengangguran di Jakarta utara
4. Bagaimana angkata kkerja dann kesempatan kerja
5. Pengangguran mengakibatkan kemiskinan
6. Apa dampak pengangguran di Jakarta utara
7. Apa janji realisasi industri untuk menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran
8. Sajian data pengangguran dsi Jakarta utara

III. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan membuat makalah yang berjudul “Masalah Pengangguran di jakarta utara” adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi pengangguran
2. Mengetahui apa yang menjadi masalah pengangguran di Jakarta utara
3. Mengetahui keadaan pengangguran di Jakarta utara
4. Mengetahui angkatan kerja dan kesempatan kerja
5. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari pengangguran
6. Mengetahuio dampak pengangguran di Jakarta utara terhadap pertumbuhan Dki Jakarta
7. Merealisasikan industri untuk menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran
8. Mengetahui data – data peengangguran
IV. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta informasi actual yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Sehubungan dengan materi yang akan dipelajarin dan juga dengan makalah yang dibuat. Dengan beberapa pengumpulan data yang pertama sedikit dari narasumber dan internet, kedua dari ilmu dan pengalaman sehari – hari.
V. SISTEMATIS PENULISAN
Makakah “ Masalah pengangguran di Jakarta utara ini disusun dengan urutan sebgai berikut :

Bab 1 Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematis penulisan.
Bab 2 Pembahasan
Pada bab ini ditemukan tentang pembahasan yang terdiri dari definisi pengangguran, apa masalah pengangguran di Jakarta utara, bagaimana keadaan pengangguran di Jakarta utara, bagaimana keadaan kerja dan keadaan kesempatan kerja, mengapa pengangguran menyebabkan kemiskinan, apa dampak dari akibat pengangguran di Jakarta utara terhadap pertumbuhan di Dki Jakarta, apa realisasi industri untuk menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran, serta penyajian data pengangguran di Jakarta utara.
Bab 3 Penutup
Bab terakhir ini membuat kesimpulan dan solusi terhadap pengangguran di Jakarta utara.
Daftar pustaka
Pada bagian berisis referensi – referensi dari berbagai media yang penulis gunakan untuk pembuatan makalah ini yang disjikan.








BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENGANGGURAN
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Definisi menurut sadono sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang melainkan tidak bekerja
B. MASALAH PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama minggu, atau seseorang yang tidak bekerja.
Pengangguran disebabkan karena tidak ada kesempatan kerja dan tidak sebanding tingkatan kerja yang dibutuhkan. Pengangguran sering kali menjadi masalah perekonomian karena danya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakatan akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah – masalah social lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dari perbandingan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam poersen setiap pertahun.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan karena pengangguran harus mengurangi jumlah konsumsi yang dibutuhkan. Pengangguran berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologisyang buruk terhadap pengangguran keluarga.
Meski menyandang predikat sebagai kota besar sekaligus Ibukota Negara, ternyata Jakarta masih menyimpan masalah serius. Selain masalah kemacetan lalu lintas, tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dan buta huruf, Jakarta juga dihadapkan pada masalah tingginya angka pengangguran. Buktinya, jumlah pengangguran di DKI selalu meningkat setiap tahun. Hingga Agustus 2008 ini, pengangguran di Jakarta berjumlah 543 ribu orang atau bertambah 998 orang dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 542.002 orang. Penganggur itu rata-rata berusia 19 hingga 23 tahun.
Peningkatan jumlah pengangguran ini salah satunya disebabkan oleh derasnya laju urbanisasi dari daerah ke Jakarta. Selain juga diakibatkan banyaknya lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kondisi ini tak pelak membuat Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI Jakarta bekerja ekstra keras. Deded Sukandar, Kepala Disnakertrans DKI mengatakan peningkatann jumlah pengangguran ini bukan hanya masalah Pemprov DKI saja, melainkan juga menjadi masalah provinsi-provinsi lain di Indonesia. Bahkan sudah menjadi masalah nasional yang juga turut dipikirkan oleh pemerintah pusat. Sebab, menurut Deded, tingginya jumlah pengangguran di DKI disebabkan oleh tak terbendungnya laju urbanisasi dari berbagai daerah ke Jakarta.
Disnakertrans sedang memilah-milah dari jumlah 543 ribu pengangguran ini, mana yang memang asli usia produktif yang menganggur asal Jakarta dan mana yang berasal dari luar Jakarta. Pemilahan ini berguna untuk mencari pemecahan masalah yang tepat. Disnakertrans juga berupaya menurunkan jumlah pengangguran hingga 20 persen di tahun 2008 dan 2009.
Salah satunya ada dengan meningkatkan peranan Balai Latihan Kerja (BLK) di lima wilayah Provinsi DKI Jakarta. BLK yang berjumlah 20 buah ini bisa menampung 60 orang yang tidak punya pekerjaan untuk ditempa dalam berbagai keterampilan seperti menjahit, bengkel, tata boga, komputer, dan keterampilan lainnya yang diperlukan oleh hotel, perusahaan motor bahkan instansi pemerintahan daerah setempat.
C. KEADAAN PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di DKI Jakarta hingga Agustus 2009 mencapai 569.340 orang atau 12,15 persen, sehingga mengalami penurunan 0,01 persen dibanding TPT pada Agustus 2008 yang mencapai 580.510 orang atau 12,16 persen.
Di Jakarta Timur, jumlah pengangguran naik dari 166.370 orang pada 2008 menjadi 175.440 orang di tahun 2009, di Jakarta Pusat, jumlah TPT tahun 2008 sebanyak 56.350 orang naik menjadi 59.540 orang pada tahun 2009, dan di Kepulauan Seribu mengalami kenaikan dari 92.000 orang di tahun 2008 menjadi 97.000 orang.
Sementara itu, daerah yang mengalami penurunan angka TPT yaitu Jakarta Selatan dari 133.070 pengangguran (2008) menjadi 127.680 orang (2009), Jakarta Barat 114.210 orang (2008) turun menjadi 109.140 orang (2009), Jakarta Utara 109.600 orang (2008) turun menjadi 96.570 orang (2009).
Tingkat pendidikan yang paling banyak menyumbangkan angka pengangguran yaitu lulusan siswa menengah kejuruan (SMK) dan yang paling kecil lulusan Diploma I-III, dengan rincian TPT dari lulusan SMK 156.390 orang, lulusan SMU 146.198 orang, lulusan SMP 86.866 orang, lulusan SD 75.203 orang, lulusan universitas (S1-S3) 73.417 orang, dan lulusan diploma (DI-DIII) 31.266 orang.
Pada periode Agustus 2008 hingga Agustus 2009, ada penambahan penduduk yang bekerja di sektor primer yakni 9.080 orang, sektor sekunder 3.080 orang. Sedangkan di sektor tersier jumlahnya turun menjadi 85.740 orang.
Sementara jumlah angkatan kerja di Jakarta pada Agustus 2009 mencapai 4,69 juta orang, atau berkurang 84.750 orang dibanding periode Agustus 2008 yang mencapai 4,77 juta orang.
Penurunan tingkat penangguran tersebut terjadi seiring dengan berbagai upaya Pemerintah Provinsi DKI untuk menekan jumlah pengangguran, antara lain dengan membuka peluang kerja seluas-luasnya dan program transmigrasi.
D. KEADAAN ANGKATAN KERJA DAN KESEMPATAN KERJA
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan. Coba Anda perhatikan bagan di bawah ini!
Dari bagan di bawah terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja. Usia Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14 sampai 55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiun atau berusia lanjut.
Bagian lain dari penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk di dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencari perkerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga Kerja (man power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa.


E. PENGANGGURAN MENYEBABKAN KEMISKINAN
Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan
 Tingkat dan laju pertumbuhan output
 Tingkat upah neto
 Distribusi pendapatan
 Kesempatan kerja
 Tingkat inflasi
 Pajak dan subsidi
 Investasi
 Alokasi serta kualitas SDA
 Ketersediaan fasilitas umum
 Penggunaan teknologi
 Tingkat dan jenis pendidikan
Kondisi fisik dan alam
F. DAMPAK PENGANGGURAN DI JAKARTA UTARA TERHADAP DI DKI JAKARTA
Walikota menyatakan bahwa pengangguran di dki jakarta sangat meningat dari tahun sebelum – belumnya. Pendapatan masyarakat pun sangat bekurang. Dikarenakan dari persoalan tidak adanya lowongan pekerjaan atau peluang bagi pencari kerja. Lapangan pekerjaan juga sangat kurang terhadap perusahaan yang mau membuka peluang bagi pencari kerja.
Tingkat pengangguranpun akan semakin meningkat jika tidak adanya penanggulangan terhadap pengangguran yang tidak bekerja. Dan tingkat kemiskinanpun akan semakin banyak.
Untuk cara penanggulangannya sebagai berikut :
• Membuka peluang usaha baru
• Meminjamkan modal kerja bagi yang ingin membuka usaha
• Memberikan solusi pinjaman sementara
• Adanya penangungan buat hidup
G. REALISASI INDUSTRI UNTUK MENYERAP TENAGA KERJA DAN MENGURANGI PENGANGGURAN
Masa jaya waktu pemerintahan pada masa order baru, perusahaan pada masa itu sangat membutuhkan banyak karyawan bagi lulusan dan tingkatan pendididkan yang dibutuhkan perusahaan. Tapi perusahaan sekarang samgat jarang membutuhkan karyawan baru. Oleh sebab itu didki jakarta kekurangan lahan perindustrian.
Dan jarang membuka lowongan pekerjaan bagi para pengangguran di daerah dki ini. Sungguh sangat sulit bagi yang ingin bekerja sedangkan kesempatan kerja itu sangat jarang didapat bagi yang bersedia untuk mencari pekerjaan.
H. DATA PENGANGGURAN DI DKI JAKARTA
Struktur angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Agustus 2009 secara keseluruhan mengalami perubahan. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan kerja tercatat 4,69 juta orang, berkurang sebanyak 84,75 ribu orang bila dibandingkan dengan keadaan Agustus 2008 sebanyak 4,77 juta orang. Penurunan angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja laki-laki dan perempuan. Angkatan kerja laki-laki berkurang sebanyak 22,95 ribu orang yaitu dari 2.856,01 ribu orang pada tahun 2008 menjadi 2.833,06 ribu orang pada tahun 2009. Sementara angkatan kerja perempuan mengalami penurunan sebanyak 61,80 ribu orang, yaitu dari 1.916,47 ribu orang pada tahun 2008 menjadi 1.854,67 ribu orang (Tabel 1). Penurunan angkatan kerja ini diduga pengaruh krisis keuangan global yang melanda negara Amerika Serikat dan negara lainnya sehingga berdampak terhadap perekonomian di Indonesia, khususnya Provinsi DKI Jakarta. Penduduk yang terkena PHK dan yang mencari kerja akhirnya sebagian memasuki struktur bukan angkatan kerja terutama mengurus rumah tangga.
Seiring dengan menurunnya jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami penurunan. Penduduk yang bekerja berkurang dari 4,19 juta orang pada Agustus 2008 menjadi 4,12 juta orang pada Agustus 2009 atau terjadi penurunan 73,58 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh kaum perempuan. Penurunan penduduk perempuan yang bekerja sebesar 53,90 ribu orang yaitu dari 1.659,59 ribu orang pada Agustus 2008 menjadi 1.605,69 ribu orang pada Agustus 2009. Penduduk laki-laki yang bekerja juga mengalami penurunan sebesar 19,67 ribu orang yaitu dari 2.532,37 ribu orang pada Agustus 2008 menjadi 2.512,70 ribu orang pada Agustus 2009.



Adanya penurunan penduduk bekerja terutama disebabkan kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan. Selama periode Agustus 2008 - 2009 ada perusahaan besar yang tidak beroperasi atau mengurangi produksi akibat terimbas krisis keuangan global, terutama perusahaan yang bahan bakunya tergantung bahan impor. Sebagai implikasi dari tutupnya beberapa perusahaan maka perusahaan terpaksa merumahkan sejumlah buruh/karyawan. Lemahnya kondisi ekonomi, khususnya pada awal Semester I, juga berdampak terhadap sektor informal seperti menurunnya jumlah orang yang berusaha dibantu buruh tidak tetap dan pekerja keluarga.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan indikator yang menggambarkan persentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha. Atau mereka yang tergolong angkatan kerja namun tidak terserap dalam pasar kerja. Selama periode Agustus 2008 - Agustus 2009, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami sedikit penurunan dari 12,16 persen menjadi 12,15 persen. TPT perempuan mengalami peningkatan dari 13,40 persen menjadi 13,42 persen, sedangkan TPT laki-laki mengalami penurunan dari 11,33 persen menjadi 11,31 persen.
Secara absolut, jumlah penganggur mengalami penurunan sebesar 11,17 ribu orang yaitu dari 580,51 ribu orang pada Agustus 2008 menjadi 569,34 ribu orang pada Agustus 2009. Selama setahun terakhir terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki, sebesar 3,28 ribu orang yaitu dari 323,64 ribu orang pada Agustus 2008 menjadi 320,36 ribu orang pada Agustus 2009, sedangkan jumlah penganggur perempuan secara absolut mengalami penurunan sebesar 7,89 ribu orang yaitu dari 256,87 ribu orang pada Agustus 2008 menjadi 248,98 ribu orang pada Agustus 2009.
Penurunan jumlah penganggur disebabkan menurunnya kesempatan kerja pada beberapa lapangan pekerjaan. Selain itu juga, disebabkan oleh tumbangnya beberapa perusahaan besar yang terimbas oleh krisis keuangan global. Sementara ada beberapa perusahaan yang mengurangi jumlah buruh/karyawan. Puncak dampak krisis global, khususnya Provinsi DKI Jakarta terjadi pada bulan Mei-Juni 2009, karena banyak perusahaan yang habis masa ordernya. Selama 1 bulan terhitung Juli 2009, kemungkinan buruh/karyawan yang di PHK sedang cooling down, atau mereka belum berupaya melakukan aktivitas mencari kerja atau mempersiapkan suatu usaha. Sehingga saat dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada bulan Agustus 2009, aktivitas mencari kerja dan mempersiapkan usaha belum terdeteksi. Diduga, selama bulan Juli-Agustus 2009, ada pergeseran penduduk yang pada awalnya berstatus angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja/mempersiapkan suatu usaha) masuk ke dalam struktur bukan angkatan kerja, terutama mengurus rumah tangga (Tabel 1).
Selama Agustus 2008-Agustus 2009 terjadi penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan indikator yang menggambarkan penduduk usia kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi. Pada bulan Agustus 2009, TPAK Provinsi DKI Jakarta mencapai 66,60 persen. Angka ini mengalami penurunan sebesar 2,08 persen bila dibandingkan dengan keadaan Agustus 2008 (68,68 persen). TPAK laki-laki menurun dari 84,41 persen pada Agustus 2008 menjadi 82,90 persen pada Agustus 2009, begitu pula TPAK perempuan menurun dari 53,75 persen pada Agustus 2008 menjadi 51,21 persen pada Agustus 2009.
2. Laporan kerja utama Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha, dibedakan menurut tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan sektor pertanian dan pertambangan, sektor sekunder merupakan agregat sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, serta sektor listrik, gas dan air. Sektor tersier merupakan gabungan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa kemasyarakatan.



Tabel 2 memperlihatkan struktur penduduk yang bekerja menurut tiga sektor utama. Selama periode Agustus 2008–Agustus 2009, secara umum jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan. Pada Agustus 2009, jumlah penduduk bekerja pada sektor tersier tercatat 3.205,71 ribu orang, dan pada Agustus 2008 tercatat 3.291,45 ribu orang, atau terjadi penurunan sebanyak 85,74 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini sebagian besar berasal dari sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; sektor lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor transportasi dan pergudangan. Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor primer dan sektor sekunder mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 9,08 ribu orang, dan 3,08 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008.
3. Status Pekerjaan
Kegiatan formal dan informal dapat dilihat berdasarkan pendekatan status pekerjaan. Dari enam kategori status pekerjaan utama, yang diklasifikasikan bekerja di sektor formal adalah status pekerjaan sebagai berusaha dengan dibantu buruh tetap dan sebagai buruh/karyawan. Empat status pekerjaan lainnya diklasifikasikan bekerja di sektor informal. Pada bulan Agustus 2009, sekitar 61,92 persen penduduk bekerja pada kegiatan formal, dan sisanya sebesar 38,08 persen bekerja pada kegiatan informal. Tabel 3. memperlihatkan bahwa dari 4.118,39 ribu orang yang bekerja, terdapat sekitar 57,72 persen penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan sekitar 4,20 persen bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/dibayar.



4. Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan Pengangguran menurut Kabupaten/Kota
Selama periode Agustus 2008 - Agustus 2009 terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dan penduduk bekerja pada seluruh kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Pada bulan Agustus 2009, angkatan kerja terbanyak terdapat di Kota Jakarta Timur yaitu 1.200,58 ribu orang, disusul Kota Jakarta Barat sebesar 1.129,43 ribu orang, dan Kota Jakarta Selatan yaitu 1.089,54 ribu orang. Sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Pusat dan Kota Jakarta Utara angkatan kerjanya di bawah 800 ribu orang. Bila dilihat perkembangan angkatan kerja selama Agustus 2008 - Agustus 2009 menurut kabupaten/kota administrasi, yang mengalami penurunan tertinggi adalah Kota Jakarta Timur dan Kota Jakarta Selatan, masing-masing sebesar 56,94 ribu orang dan 22,98 ribu orang.





Selama Agustus 2008 - Agustus 2009 telah terjadi perubahan penduduk bekerja menurut kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta. Komposisi penduduk bekerja keadaan Agustus 2009 menurut kabupaten/kota yang terbanyak adalah Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat dan Kota Jakarta Selatan, masing-masing 1.025,14 ribu orang; 1.020,29 ribu orang; dan 961,86 ribu orang. Sedangkan untuk kabupaten/kota lainnya masih di bawah 700 ribu orang. Perkembangan penduduk bekerja selama Agustus 2008 - Agustus 2009 menurut kabupaten/kota yang mengalami penurunan terbanyak adalah Kota Jakarta Timur dan Kota Jakarta Selatan. Pada Agustus 2008, jumlah penduduk yang bekerja di Kota Jakarta Timur tercatat 1.091,15 ribu orang atau terjadi penurunan sebesar 66,01 ribu orang. Kota Jakarta Selatan, pada bulan Agustus 2008 tercatat sebanyak 979,45 ribu orang, terjadi penurunan penduduk bekerja sebanyak 17,59 banyak orang.Selama Agustus 2008 - Agustus 2009 telah terjadi perubahan TPT menurut kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Kota Jakarta Timur 14,61 persen, disusul Kota Jakarta Utara dan Kota Jakarta Pusat masing-masing sebesar 12,39 persen. Jika dilihat tren tingkat pengangguran menurut kabupaten/kota selama periode Agustus 2008 - Agustus 2009 hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan, kecuali Kota Jakarta Timur mengalami peningkatan dari 13,23 persen menjadi 14,61 persen, dan Kota Jakarta Pusat mengalami kenaikan dari 11,73 persen menjadi 12,39 persen.














BAB III
PENUTUP

Pengangguran di Jakarta utara sangat naik secara drastic, dan sangat memperhatinkan bagi penduduk masyarakat setempat apalagi banyaknya pengangguran disekitar tempat tinggal yang saya tempati.
Dan untuk Negara Indonesia menduduki peringkat 133 untuk hal pengangguran didunia. Semakin rendah tingkat penganggurannya.
B. SOLUSI UNTUK MENGHILANGKAN PENGANGGURAN
Pemerintah harus membuka peluang usaha baru agar pengangguran di Jakarta utara ini. Agar semua tidak adanya orang miskin di tempat ini, tingkat kemiskinan dan pengangguran akan berkurang tidak sepesat ini.
Agar pemukiman pendudukpun tidak terlalu banyak dan menyempiti kota Jakarta. Yang seharusnya kota Jakarta sebagai tempat pencari kerja malah susah untuk mendapatkannya.